Sore ini semua seakan
kembali, keadaan yang sepertinya pernah terjadi pada waktu waktu sebelumnya,
sore ini kami kembali menunggu dengan keadaan yang memang biasa terjadi, sore
ini kami merencanakan pemberangkatan untuk ‘sambang’ di agenda organisasi kami
yakni Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon “pencerahan”
Galileo tahun 2017. Agenda ini adalah seperti agenda agenda sebelumnya, cuma
bedanya adalah, jika tahun sebelumnya kami masih terlibat dalam rikuh pikuh
acara, sedangkan tahun ini kami hanya terlibat untuk ‘sambang’. Ya begitu saja.
Penulis sebenarnya
bukan menitik beratkan pada kebiasaan yang sering terjadi saat momen momen seperti
ini, tetapi penulis ingin membicarakan tentang sebuah Nama yang membahasakan
bahasa ‘kami’ disini. Nama ini punya banyak filosofi dalam pencetusannya. Nama
ini adalah yang melambangkan citra dan arah gerak kami. Sebut saja nama ini
dengan nama “Cangkarok”. Nama ini lahir dengan berbagai pertimbangan dan sempat
terjadi perdebatan tentang makna darinya. Penulis mengatakan demikian pasalnya
penulis sedikit banyak mengikuti perjalanannya dari awal terbentuk sampai
sekarang. Sejarah yang cukup panjang untuk kemudian perlu agar semua orang tahu
dan paham tentang nama “Cangkarok”.
Cangkarok adalah nama
untuk kami, punggawa PMII Rayon “Pencerahan” Galileo angkatan 2013. Memang
sedikit kontrofersi di awal perjalanan kami, tapi bukti keloyalan menjadi harga
mati yang tidak bisa dipungkiri. Cangkarok adalah sebuah cerita, Cangkarok
adalah kami yang tetap bangga dari waktu ke waktu, Cangkarok adalah sebuah
jembatan kebersamaan. Sedikit menganalogikan filosofi Nama Cangkarok, Cangkarok
dalam bahasa diambil dari bahasa Madura. Cangkarok di madura sendiri adalah jenis
makanan yang terbuat dari nasi basi yang dijemur dibawah terik matahari. Kemudian
ketika sudah kering, karak ini di goreng untuk kemudian menjadi sebuah makanan
yang layak untuk di makan. Makanan ini kemudian dibahasakan dengan istilah
Cangkarok. Jika dipahami bersama tentu kembali muncul pertanyaan, kenapa harus “Cangkarok”?.
Nama cangkarok sedikit berbeda jika dibandingkan dengan nama angkatan angkatan
yang lain di PMII Rayon “Pencerahan” Galileo, seperti Abbasiyah, Palapa,
Simpati dan juga Cakrawala. Nama “Cangkarok” lahir karena kami merasa bahwa
sebelum kami masuk dalam organisasi yang disebut dengan PMII, kami tidak
mempunyai bekal apa apa untuk bertarung ditengah kerasnya persaingan. Nama “Cangkarok”
menjadi harapan kami agar kemudian mampu bersaing dan menjadi pembaharu bagi
yang lain.
Bagian dari “Cangkarok” adalah seluruh
angkatan 2013 yang kemudian ikut bergabung di PMII Rayon “pencerahan” Galileo. Semua
orang yang ikut berprosespun mempunyai cerita cerita yang berbeda dan agaknya
mirip dengan apa yang menjadi filosofi nama “Cangkarok” itu sendiri. Proses
yang bisa dikatakan tidak mudah dalam mengembangkan diri masing masing. Potensi
yang berbeda beda yang dijadikan satu dalam wadah yang sama dan berkembang
bersama. Potensi kami memang lahir dari basic eksata, basic yang bisa dikatakan
gampang gampang susah jika bersanding dengan aktivitas sosial. Matematika,
Biologi, Fisika, Kimia, T. Informatika, T. Arsitektur, dan Farmasi adalah
bagian dari lokus di Cangkarok ini. Masing masing berusaha sesuai porsinya dan
tetap berjuang bersama guna mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Harapan kami memang
sederhana, “Cangkarok” tetap solid, tetap berkarya untuk mengarumkan nama PMII Rayon
“Pencerahan” Galileo, PMII Komisariat Sunan Ampel Malang, PMII pada umumnya dan
yang pasti mengharumkan nama Bangsa Indonesia. Karena perjuangan tidak akan
selesai, maka tetap berkarya dari sekarang sampai nanti adalah harga mati dalam
berproses di PMII. Sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan,
Mundur satu langkah adalah bentuk pengkhianatan. Salam Pergerakan.
Adil Berfikir Ikhlas
Berkarya.
Moch. Faizul
Huda
Malang, 8 April
2017
EmoticonEmoticon