Sampai hari ini, rata
rata kita masih bias menyoal kepribadian dan karakter seseorang. Seperti kita
ketahui bahwa karakter seseorang terbentuk dengan cara dan metode yang berbeda
beda. Ada yang dari lahir dan kebanyakan mulai mempelajari dan memahami karakter
berdasarkan dinamika lingkungan. Ada sedikit beda pendapat antara karakter
idealis dan realis, perbedaan pendapat ini sebenarnya mengalir sesuai dengan
kondisi dan tekanan yang muncul di lingkungan. Idealis adalah karakter yang
lebih mementingkan kebenaran pada dirinya baik tentang pengalaman ataupun
kultur budaya. Sedangkan realis adalah karakter yang lebih fleksibel karena
merupakan sifat yang mementingkan keadaan sekitar daripada dirinya sendiri.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa idealis dan realis ini bersifat contadict (bertolak belakang). Mengapa
demikian? Hal ini lebih kearah penyikapan dinamika lingkungan dan ego personal
masing masing.
Bicara mengenai Idealisme, adalah hal yang banyak
menjadi sorotan berbagai pihak seperti masyarakat perkotaan dan kaum tua pada
umumnya. Masyarakat perkotaan cenderung menganggap sifat idealis adalah sifat
yang harus ditinggalkan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan kaum
tua lebih berpendapat bahwa sifat idealis layak untuk ditinggalkan untuk
mendapatkan ketentraman dalam menjalani hidup. Idealisme menjadi sifat yang
perlu untuk dipelajari oleh semua pihak, hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan
pemahaman yang lebih jauh.
Mengutip apa yang disampaikan
oleh Tan Malaka bahwa “Idealisme adalah
kemenangan terakhir yang dimiliki oleh pemuda”. Pantas saja jika
sampai hari ini banyak sekali kaum pemuda yang sering mengemukan pendapat tanpa
memperhatikan yang lain. Semangat membara pemuda menjadi kekuatan yang
tersendiri ketika pemuda menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi perlu dipahami
bahwa hampir segelintir orang saja di muka bumi yang mempunyai sifat idealis,
mereka adalah orang orang yang berani mengungkapkan pendapat yang “berbeda” dengan
orang disekitarnya. Mereka berasumsi bahwa perbedaan pendapat yang dikemukakan
adalah suatu ke’bangga’an yang tidak akan pernah didapat di manapun.
Lebih mengalir saja,
Idealisme menjadi suatu hal yang asik untuk dikaji karena rata rata orang besar
terlahir karena mereka mempertahankan sifat idealismenya. Seperti Galileo
Galilei, Ali Bin Abi Tholib, Umar Bin Khotob, Ustman Bin Affan, sampai sosok
yang ada di Indonesia yakni sosok Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno atau
akrab disapa dengan Bung Karno. Idealisme Soekarno memang luar biasa mengingat semangat
juang dan kegigihan beliau dalam mengawal Indonesia merdeka. Masa kecil
Soekarno awalnya lebih kepada mengikuti perjalanan kolonial Belanda dalam
menjajahi bangsa Indonesia, kemudian seiring berjalannya waktu Soekarno mulai
tumbuh dan merasakan bahwa Indonesia harus bebas, Indonesia harus merdeka di
tanah sendiri, Indonesia harus bangkit dari penjahan para kolonial agar hidup
layak yang selayaknya.
Perlu disadari
sebenarnya sifat idealisme juga harus disandingkan dengan realisme, karena ini
adalah sinergi yang saling melengkapi, idealisme dan realisme seperti dua sisi
koin yang saling melengkapi. Tanpa pengetahuan realistis yang sesungguhnya,
idealis hanya sebatas angan kosong yang tidak memiliki arti. Idealisme dan realisme
adalah satu, Realis lebih kearah bagaimana mengetahui kondisi lingkungan yang
ada, sedangkan Idealis lebih kearah cita cita guna menyempurnakan kondisi
lingkungan menjadi lebih baik. Keseimbangan idealis dan realis adalah hal
penting untuk progresifitas pergerakan yang sesungguhnya. Oleh karena itu
penting hari ini kita mampu memadukan sifat idealisme dan realisme pada pribadi
kita, memulai dengan hal hal kecil sampai dengan hal hal besar.
Tetap Adil Berfikir
Ikhlas Berkarya. Salam
Moch. Faizul
Huda
Malang, 7 April
2017
EmoticonEmoticon