Ambil Apinya Bukan Abunya





Kamis, 29 Maret 2017 adalah hari yang cukup bersejarah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tepatnya dilaksanakan agenda Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) 2017 oleh Civitas Akademik untuk menunjuk wajah pemimpin pemimpin baru di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tidak seperti agenda agenda yang lainnya, pemira menjadi magnet tersendiri bagi Mahasiswa untuk betandang ke kampus, sekedar melihat atau mencoba menyalurkan hak suaranya bagi para calon. Jika dilihat lebih dalam maka pemira ini merupakan event yang berbeda jika dibandingkan dengan pemira pemira sebelumnya. hasil survey salah satu mahasiswa menunjukan bahwa tingkat pencoblos tahun lalu dengan tahun ini naik, entah karena faktor kandidat calon atau karena faktor yang lain. Hal ini masih menjadi perbincangan hangat disemua kalangan Mahasiswa.
Event Pemira merupakan event yang selalu memberikan kejutan bagi civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Karena apa? event ini yang akan menunjukan siapa wajah pemimpin baru di masing masing lokus jurusan ataupun fakultas bahkan universitas. Pemimpin baru yang hari ini sudah lahir di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang harus memiliki berbagai tawaran kedepan sesuai visi dan misi saat kampanye dialogis. Setiap calon terpilih harus sudah memikirkan bagaimana rancangan program program kedepannya. Tantangan bagi seluruh wajah baru pemimpin ini lah yang menjadi simbol hidupnya demokrasi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Yang pasti bagaimana pemimpin baru ini mampu melaksanakan tugas tugas nya sebagai perwakilan Mahasiswa dengan penuh tanggung jawab.
Jika kita bersama pahami bahwa setiap kemenangan terdapat kekalahan, maka pada event bersejarah ini pun yakni Pemira terdapat beberapa kandidat calon yang masih belum berkesempatan untuk memikul tanggung jawab kemenangan, karena sejatinya tidak ada istilah kekalahan. Kandidat calon yang belum berkesempatan ini harus mampu bersikap tangguh sebagai seorang kesatria. Mampu mengakui dan tetap berjuang bersama untuk memajukan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tetap bersinergi dalam prosesnya dan tetap percaya bahwa ada tempat lain untuk berproses. Berbicara mengenai sikap kesatria yang sedang kita bahas, pada dasarnya itu merupakan sesuatu yang berat. Akan tetapi harus dipahami bahwa berani berbuat ya berani mengambil resiko yang ada. Tetap bersinergi dan tetap tegap berdiri meskipun itu sulit.
Penulis hari ini tahu, bahwa dalam proses berperang harus disiapkan bekal yang banyak, strategi yang matang dan kedinamisan berperang. Penulis menyadari itu karena penulis berada pada lingkaran persaingan yang luar biasa ketatnya. Membaca kondisi, lobbi sana sini, kampanye dimana mana, analisa suara sampai dengan detail mekanisme pemilihan pun ikut dirancang dan yang pasti menyiapkan strategi kedepannya bagaimana. Strategi itu juga diarahkan dalam dua kemungkinan yakni siap menang dan siap kalah. Maka dari itu, event pemira menjadi tontonan dan kompetisi yang luar biasa dan patut di ikuti. Karena dengan ini kita mampu melihat kapasitas dan ruang ruang persaingan untuk menjadi lebih baik. Penulis tetap percaya bahwa tidak ada yang sia sia disini, menang ataupun kalah itu sudah biasa, tinggal bagaimana kemudian menyikapi hasil yang ada. Proses masih panjang, karena amanah tidak akan pernah memilih pundak.
Penulis hanya bisa memberikan asumsi bahwa siapapun pemimpinnya, itu adalah hasil terbaik. Tetap berpijak dua kaki dalam berjuang, meyakini bahwa ini adalah pilihan terbaik yang sudah dipilih oleh yang maha kuasa kepada hambanya. Semoga ini menjadi lecutan semangat untuk berproses menjadi lebih baik. “Ambil Apinya Bukan Abunya”.
Adil Berfikir Ikhlas Berkarya. Salam.

Moch Faizul Huda
Malang, 30 Maret 2017
Previous
Next Post »