KKL Teknik Instrumentasi di PT Madukismo Yogjakarta




LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
  UPT BPPTK LIPI DAN PT MADUBARU (MADUKISMO) YOGYAKARTA  

Diajukan sebagai laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta matakuliah Teknik Intrumentasi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

   
Dosen Pengampu : 
Kholifah Holil, M.Si 
Ainun Nikmati Laily, M.Si 
dr. Tias Pramesti Griana


Disusun Oleh :
Dian Mayasari (13620004)  
Moch. Faizul Huda (13620010) 
Dina Isti’anah (13620020) 
Henita Silmi Khavata (13620037)

JURUSAN BIOLOGI 
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 
2014 

 




LAPORAN  KULIAH KERJA LAPANGAN

Disusun Oleh :
Dian Mayasari (13620004)
Moch. Faizul Huda (13620010)
Dina Isti’anah (13620020)
Henita Silmi Khavata (13620037)























KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan segala syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Miniriset sebagai salah satu tugas matakuliah Teknik Instrumentasi. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan bagi baginda Rasulullah SAW yang telah membawa cahaya kebenaran bagi umatnya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini terselesaikan dengan adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, sehingga dengan hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.          Dr. Evika Sandi Savitri, MP. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.       Kholifah Kholil, M.Si, Ainun Nikmati Laily, M.Si, dan dr. Tias Pramesti Griana selaku dosen pembimbing, terima kasih atas waktu, bimbingan, arahan dan kesabaran dalam penyusunan tugas akhir ini.
3.       Segenap dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.
4.        Teman-teman Biologi angkatan 2013 terima kasih atas semua dukungannya.
5.        Semua pihak yang telah membantu tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.  
Penulis menyadari bahwa masih ada ketidaksempurnaan dalam tugas Miniriset ini, namun penulis berharap semoga Miniriset ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah Ilmu Pengetahuan.
Malang, 28 April 2014

Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                            i
HALAMAN PERSETUJUAN                                                                           iii
KATA PENGANTAR                                                                                         iv
DAFTAR ISI                                                                                                        v
DAFTAR LAMPIRAN                                                                                     vii
BAB    I        PENDAHULUAN                                                                         1
1.1         Latar Belakang                                                                    1
1.2         Identifikasi Masalah                                                            4
1.3         Maksud dan Tujuan Laporan KKL                                   5
1.4         Kegunaan Laporan KKL                                                    6
1.5         Kerangka Pemikiran                                                           6
1.6         Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL                        7
1.7         Lokasi dan Waktu KKL                                                      7
BAB    II      TINJAUAN PUSTAKA                                                                 8
2.1         UPT BPPTK LIPI Yogyakarta                                           8
2.2         PT/PG/PS.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta          14
BAB    III     OBJEK PENELITIAN                                                                19
3.1         UPT BPTK LIPI Yogyakarta                                            19
3.2         PT/PG/PS Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta           20

BAB    IV     PEMBAHASAN                                                                            21
4.1         UPT BPTK LIPI Yogyakarta                                             21
4.2         PT/PG/PS Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta            37
BAB    V      PENUTUP                                                                                       51
5.1         Kesimpulan                                                                           51
5.2         Saran                                                                                     53
LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1      Dokumentasi Observasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain (Sukarso, 2005).
Menurut ( Sukarso, 2005), secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut :
1.             Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2.             Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
3.             Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
Pengertian Laboratorium sebenarnya sudah dijelaskan juga dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 164 :
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran allah) bagi kaum yang memikirkan (QS Al-Baqarah ayat 164).
           
Laboratorium juga digolongkan menjadi Laboratorium Pakan, Laboratorium Pangan, dan Laboratorium Kimia dan Lingkungan. Salah satu lembaga yang menerapkan struktur bentuk Laboratorium diatas adalah Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta.
Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Beberapa produk dengan bahan baku alam seperti : destilat sirih, tepung pati bengkuang, tepung mengkudu, teh daun mengkudu, tepung jahe, tepung temu lawak, dll telah dibuat dengan memanfaatkan peralatan yang dimiliki UPT BPPTK LIPI Jogjakarta. Produk-produk tersebut telah diperkenalkan melalui kerjasama dengan pengusaha swasta yang bergerak dalam bidang pemasaran (Indah Fortuna, 2014).
Kuliah Kerja Lapangan juga dilakukan di industri-industri lain di daerah Yogyakarta, yakni PT.Madu Baru (Madukismo) yang teretak di Tromol Pos 49 Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul – Yogyakarta. PT. Madu Baru (Madukismo) mempunyai usaha pokok Pabrik Gula Dan Pabrik Spiritus yang terkenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.
PG/PS Madukismo merupakan satu-satunya Pabrik Gula dan Pabrik Alkohol di DIY yang mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan Nasional khususnya gula pasir dan sebagai perusahaan padat karya. Beberapa pabrik di Indonesia kini sudah mulai menerapkan sistem pengolahan limbah untuk mengurangi dampak polusi dari limbah - limbah tersebut, bahkan ada beberapa yang memanfaatkan limbah pabriknya untuk dijadikan produk baru yang berguna yang tentunya diolah  melalui proses - proses tertentu. Salah satunya mengolah limbah sisa pembuatan gula menjadi kompos, batako dan lain lain. Pemanfaatan limbah saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi masalah penumpukan sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan
Kunjungan industri dan Lembaga Penelitian dipilih untuk menambah pengalaman mahasiswa tentang dunia kerja. Mahasiswa dituntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan industri dan Lembaga Penelitian untuk memperoleh pengetahuan tentang proses-proses pengolahan dan manfaatnya untuk masyarakat. Kunjungan industri dilakukan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang industri dan proses produksi di bidang agrobisnis. Mahasiswa harus dapat membandingkan proses produksi di dunia kerja dengan ilmu yang diperoleh di Universitas.

1.2         Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang didapatkan setelah melakukan kunjungan industri dan Lembaga Penelitian adalah sebagai berikut :
1.2.1   Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta.
1.              Bagaimana sejarah berdirinya UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
2.             Apa saja macam-macam Laboratorim yang berada di UPT BPPTK LIPI?
3.             Apa saja alat-alat yang digunakan pada setiap Laboratorium di UPT BPPTK LIPI?
4.             Apa saja produk yang dihasilkan di UPT BPPTK LIPI?
1.2.2   PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
1.             Bagaimana sejarah berdirinya PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta?
2.             Apa saja alat-alat yang digunakan untuk pengolahan tebu di PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta?
3.             Bagaimana proses pengolahan tebu menjadi gula di PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta?
4.             Apa saja produk yang dihasilkan oleh PT. Madubaru (Madukismo) Yogyakarta?

1.3         Maksud dan Tujuan
Tujuan yang didapatkan setelah melakukan kunjungan industri dan Lembaga Penelitian adalah sebagai berikut :
1.3.1   Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta.
1.             Untuk mengetahui sejarah berdirinya UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
2.              Untuk mengetahui macam-macam Laboratorim yang berada di UPT BPPTK LIPI
3.             Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada setiap Laboratorium di UPT BPPTK LIPI
4.             Untuk mengetahui produk yang dihasilkan di UPT BPPTK LIPI
1.3.2   PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
1.             Untuk mengetahui sejarah berdirinya PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
2.             Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk pengolahan tebu di PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
3.             Untuk mengetahui proses pengolahan tebu menjadi gula di PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
4.             Untuk mengetahui produk yang dihasilkan oleh PT. Madubaru (Madukismo) Yogyakarta

1.4         Kegunaan Laporan
Kegunaan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Yoyakarta ini adalah sebagai berikut
1.             Sebagai sarana pembelajaran bagi pembaca.
2.             Bermanfaat menambah khazanah ilmu pengetahuan

1.5         Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Yoyakarta ini adalah sebagai berikut
1.             Tri dharma perguruan tinggi
2.             Tugas matakuliah Teknik Instrumentasi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

1.6         Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
Metode Penelitian laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Yoyakarta ini adalah sebagai berikut
1.             Observasi Lapangan
2.             Kutipan dari literatur

1.7         Lokasi dan Waktu KKL
Lokasi dan waktu Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Yoyakarta ini adalah sebagai berikut.
1.             PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
Lokasi      : Ds. Padokan, Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul
Waktu      : Rabu, 16 April 2014
2.             Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta.
Lokasi      : Ds. Gading, Kec. Playeng, Kab. Gunung Kidul
Waktu      : Kamis, 17 April 2014




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         UPT BPPTK LIPI Yogjakarta
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
 Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1.             Kepada dunia ilmu pengetahuan
2.             Kepada masyarakat
3.             Kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, perlu disadari adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta memiliki Visi dan Misi yang dijadikan landasan dalam pengembangan dan penelitian ilmu teknologi yakni sebagai berikut :
2.1.1   Visi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis.
Mengacu visi LIPI di atas, maka ditetapkan arah dan tujuan UPT BPPTK LIPI yaitu menjadi satuan kerja yang unggul, profesional dan humanis dalam pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.

2.1.2   Misi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
1.      Menciptakan great science dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
2.      Mendorong (meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI.
3.      Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan.
4.      Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional.
5.      Memperkuat infrasruktur (Penguatan manajemen dan sistem).

2.1.3   Kegiatan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
Sesuai dengan misi LIPI maka UPT BPPTK LIPI Yogyakarta mempunyai kegiatan utama yaitu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian untuk kesejahteraan masyarakat luas. Untuk mengoperasionalkan rencana ini, UPT BPPTK LIPI Yogyakarta melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1.   Menumbuhkembangkan budaya iptek serta meningkatkan kemampuan berbasis kompetensi di lingkungan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Turut berpartisipasi aktif dalam usaha menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society).
2.   Melaksanakan pengembangan iptek dan implementasi hasil-hasil penelitian bidang proses Pangan, Pakan, Teknologi Kimia dan Lingkungan dengan penekanan pada usaha peningkatan nilai tambah bahan dan produk lokal, melaksanakan layanan jasa iptek untuk menjawab permintaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.   Menjalin kerjasama dengan para stake holders untuk pengembangan produk-produk unggul dengan daya komparatif dan kompetitif dari bahan lokal.
4.   Mengimplementasikan iptek melalui mekanisme inkubasi Usaha skala Kecil dan Menengah (UKM).
5.   Melaksanakan usaha penguatan institusi melalui pengembangan sumber daya yang terencana dengan memperhatikan perkembangan paradigma, kondisi serta daya dukung lingkungan.
Untuk melaksanakan Tugas dan Fungsi diatas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas.

2.1.4   Tugas dan Fungsi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (UPT BPPTK). Tugas Pokok UPT BPPTK adalah melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.
Sedangkan fungsi yang diselenggarakan oleh UPT BBPTK LIPI adalah :
1.    Mempersiapkan rencana, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang proses dan teknologi kimia;
2.    Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain, baik di lingkungan LIPI maupun di luar LIPI dalam rangka mengembangkan proses dan teknologi secara kimia yang diperlukan oleh masyarakat.
3.    Melakukan uji teknoekonomi dari skala penelitian ke dalam skala pilot plan semua hasil proses dan teknologi kimia.
4.    Melakukan pengembangan hasil proses dan teknologi kimia dan memproduksinya untuk kepentingan masyarakat luas;
5.    Melakukan pemanfaatan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia yang diperlukan oleh masyarakat dan telah dibuktikan melalui uji coba pemasyarakatannya baik kualitas maupun kuantitasnya;
6.    Melakukan pemasyarakatan semua hasil-hasil penelitian bidang kimia.
7.    Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi di atas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas.


2.2         PT/PG/PS.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
Dahulu pabrik ini bernama PG Padokan dengan luasan yang sangat kecil, pada masa Belanda PG Padokan hancur lebur, atas jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian didirikan kembali Pabrik Gula Padokan dengan nama Madukismo. Gagasan pendirian Pabrik Gula Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula  waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu menampung banyak orang untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta di pabrik akan menyerap banyak  tenaga kerja teristimewa pada waktu masa giling.
Pabrik Gula  Madukismo adalah satu-satunya  pabrik Gula  dan  Alkohol/Spirtus  di Propinsi  DIY.  Pabrik ini mengemban  tugas untuk  mensukseskan  program pengadaan  pangan  Nasional, khususnya gula pasir dan sebagai perusahaan padat karya. Pabrik  gula dan  Alkohol/Spirtus  Madukismo terletak  di  Kalurahan Tirtonimolo,  Kecamatan Kasihan,  Kabupaten  Bantul, Propinsi  Daerah Istimewa  Yogyakarta. Perusahaan  ini  merupakan bentuk  dari  Perseroan Terbatas (PT), yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955, dan diberi nama PT. Madu Baru. Yang kemudian dibagi menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS Madukismo). PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati
Disamping sebagai Pabrik Gula yang menyediakan kebutuhan gula nasional, Pabrik Gula Madukismo saat ini juga menawarkan paket wisata edukasi agroindustri. Perjalanan Wisata Agro Industri ini adalah wisata untuk melihat proses produksi yang dilaksanakan. Kita akan di antar menggunakan gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua. Biasanya wisata ini dilaksanakan pada masa giling yakni bulan Mei – September.
Apabila Anda berkunjung di Pabrik Gula Madukismo, Anda akan disambut dengan nuansa era industri. Sebuah bangunan besar berusia tua dengan halaman luas, mesin-mesin kuno serta rel-rel kereta yang menjadi jalan kereta pengangkut tebu akan menyapa dan menguatkan kesan itu.  Pengunjung  bisa merasakan nuansa perjalanan dengan kereta seperti kembali pada masa lampau ketika berada di dalam gerbong yang  ditarik  oleh lokomotif  tua  bermesin diesel  buatan  Jerman. Kereta tersebut akan  mengantar menuju  areal pabrik melewati rel-rel tua dan perkebunan yang ada di dekat pabrik.
Setelah  turun dari  kereta,  Anda dapat langsung  menuju lokasi  Pabrik  Gula Madukismo. Pada bulan bulan tertentu, Pengunjung dapat langsung melihat produksi  gula melewati  tahap pemerahan  nira  untuk mendapatkan  sari  gula, pemurnian nira  dengan  sulfitasi, penguapan  nira,  kristalisasi, puteran  gula,  dan pengemasan.  Sambil mencermati  proses  produksinya, Pengunjung  juga  bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Keluar dari lokasi produksi gula dapat ditemui Pabrik Spiritus Madukismo  yang terletak  di  sebelah barat  pabrik  gula. Di  pabrik  yang berdiri di  pada  tahun yang  sama  dengan pabrik  gula  ini,  pengunjung  juga bisa melihat seluruh proses produksi spiritus yang meliputi tahap pengenceran bahan  baku,  peragian atau  fermentasi  dan penyulingan.  Spiritus  dan produk alkohol  lainnya  yang dihasilkan  oleh  pabrik ini  diolah  dari tetes tebu, hasil samping produksi gula.

2.2.1    Tahapan-tahapan Pembuatan Gula
Tahapan-Tahapan dari pembuatan Gula tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1.1       Pemanenan Tebu
Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefisiensi daya tahan dan lain lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai.

2.2.1.2       Pemerahan Nira
Tebu  setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan bagian padat dengan cairannya yang mengandung gula melalui alat alat berupa unigratormark IV dan cane knife digabung dengan lima gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke bagian pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.

2.2.1.3       Pemurnian Nira
Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70 derajat celcius sampai 75 derajat celcius, direaksikan dengan susu kapur dalam defeactor dan diberi gas  Sulfur dioksida dalam peti sulfitasi sampai Ph 7,00 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100 derajat celcius sampai suhu 105 derajat celcius.

2.2.1.4       Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap di kristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakkan. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas Sulfur dioksida sebagai bleaching atau pemucatan dan siap untuk dikristalkan.

2.2.1.5       Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed) serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vakum sebesar 65 CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 65 derajat celcius, jadi sakarosa tidak rusak akibat terkena panas tinggi. Hasil masakkan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di Stasiun Puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).

2.2.1.6       Puteran Gula
Pada tahap ini gula dipisahkan dengan larutannya dengan alat-alat yang menggunakan gaya centrifugal. Penyelesaian dan Gudang Gula. Dengan alat penyaring gula, gula shs dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal, dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3.000 tth diperoleh gula 2.400 ku atau 4.800 sak. Berikut adalah skema proses pembuatan gula :






BAB III
OBYEK KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

3.1.       UPT BPPTK LIPI Yogjakarta
UPT BPPTK LIPI Yogjakarta terletak di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium. Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.

3.2.       PT/PG/PS.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
Pabrik Gula  Madukismo adalah satu-satunya  pabrik Gula  dan  Alkohol/Spirtus  di Propinsi  DIY.  Pabrik ini mengemban  tugas untuk  mensukseskan  program pengadaan  pangan  Nasional, khususnya gula pasir dan sebagai perusahaan padat karya. Pabrik  gula dan  Alkohol/Spirtus  Madukismo terletak  di  Kalurahan Tirtonimolo,  Kecamatan Kasihan,  Kabupaten  Bantul, Propinsi  Daerah Istimewa  Yogyakarta. Perusahaan  ini  merupakan bentuk  dari  Perseroan Terbatas (PT), yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955, dan diberi nama PT. Madu Baru. Yang kemudian dibagi menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS Madukismo). PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1         UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
4.1.1   Sejarah UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1.      kepada dunia ilmu pengetahuan
2.      kepada masyarakat
3.      kepada pemegang kepentingan (stakeholders)

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Visi
VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis
Mengacu visi LIPI di atas, maka ditetapkan arah dan tujuan UPT BPPTK LIPI yaitu menjadi satuan kerja yang unggul, profesional dan humanis dalam pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan 
Misi
Misi LIPI adalah
1.    Menciptakan great science dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional
2.    Mendorong (meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI
3.    Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan
4.    Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional
5.    Memperkuat infrasruktur kelembagaan (Penguatan manajemen dan sistem)
Sesuai dengan misi LIPI maka UPT BPPTK LIPI Yogyakarta mempunyai kegiatan utama yaitu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian untuk kesejahteraan masyarakat luas. Untuk mengoperasionalkan rencana ini, UPT BPPTK LIPI Yogyakarta melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1.      Menumbuhkembangkan budaya iptek serta meningkatkan kemampuan berbasis kompetensi di lingkungan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Turut berpartisipasi aktif dalam usaha menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society).
2.      Melaksanakan pengembangan iptek dan implementasi hasil-hasil penelitian bidang proses Pangan, Pakan, Teknologi Kimia dan Lingkungan dengan penekanan pada usaha peningkatan nilai tambah bahan dan produk lokal, melaksanakan layanan jasa iptek untuk menjawab permintaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.      Menjalin kerjasama dengan para stake holders untuk pengembangan produk-produk unggul dengan daya komparatif dan kompetitif dari bahan lokal.
4.      Mengimplementasikan iptek melalui mekanisme inkubasi Usaha skala Kecil dan Menengah (UKM).
5.      Melaksanakan usaha penguatan institusi melalui pengembangan sumber daya yang terencana dengan memperhatikan perkembangan paradigma, kondisi serta daya dukung lingkungan.
6.      Untuk melaksanakan Tugas dan Fungsi diatas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas.
Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta









Tugas pokok
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (UPT BPPTK). Tugas Pokok UPT BPPTK adalah melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.
Sedangkan fungsi yang diselenggarakan oleh UPT BBPTK LIPI adalah :
1.    Mempersiapkan rencana, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang proses dan   teknologi kimia;
2.    Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain, baik di lingkungan LIPI maupun di luar LIPI dalam rangka mengembangkan proses dan teknologi secara kimia yang diperlukan oleh masyarakat.
3.    Melakukan uji teknoekonomi dari skala penelitian ke dalam skala pilot plan semua hasil proses dan teknologi kimia.
4.    Melakukan pengembangan hasil proses dan teknologi kimia dan memproduksinya untuk kepentingan masyarakat luas;
5.    Melakukan pemanfaatan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia yang diperlukan oleh masyarakat dan telah dibuktikan melalui uji coba pemasyarakatannya baik kualitas maupun kuantitasnya;
6.    Melakukan pemasyarakatan semua hasil-hasil penelitian bidang kimia.
7.    Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi di atas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas

4.1.2   Laboratorim UPT BPPTK LIPI
4.1.2.1     Program Pangan
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Sampai saat ini masih banyak rumah tangga yang belum mampu mewujudkan ketersedian pangan yang cukup terutama dalam hal mutu/tingkat gizi. Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal pada beberapa wilayah masih dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.
Konsumsi pangan yang beranekaragam diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi seseorang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun sekarang ini telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi sebagai bagian dari perubahan gaya hidup. Terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan siap saji dengan kalori tinggi, rendah kandungan seratnya. Adanya ketidakseimbangan dalam pola konsumsi ini telah mendorong timbulnya berbagai masalah kesehatan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi obesitas yang sering menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di antaranya hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kekurangan sumber nutrisi tertentu seperti asam folat dapat juga mengakibatkan cacat bawaan pada bayi dan berbagai penyakit lainnya, selain itu kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia yang mengganggu produktivitas.
Menyikapi hal tersebut, menjadi sangat perlu dilakukan penelitian mengenai makanan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Dalam hal ini, penelitian pembuatan makanan sehat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan lokal. Ketersediaan bahan pangan lokal cukup berkesinambungan sehingga dapat terjaga keberlanjutan produksi makanan sehat yang akan dilakukan.
Produk-produk pangan yang dikembangkan ini berasal dari bahan pangan lokal hasil pertanian diantaranya yaitu umbi-umbian, pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan) dan rumput laut. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbohidrat. Makanan sehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Bahan pangan lainnya yang dikembangkan yaitu kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan pangan sumber protein dipilih mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi tubuh. Dalam pembuatan makanan sehat dari sumber protein nabati ini akan dilakukan optimasi proses, termasuk proses fermentasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai cerna protein dalam tubuh. Dengan demikian diperoleh makanan sehat dengan tingkat kecernaan protein yang tinggi dalam tubuh sehingga dapat memperlancar metabolisme. Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan perlu diperkaya misalnya dengan zat besi dan folat.
Selain itu, posisi geografis Indonesia yang merupakan pertemuan berbagai patahan bumi dan jalur gunung berapi di dunia, mengakibatkan frekuensi bencana alam berupa gempa bumi, gelombang tsunami dan letusan gunung berapi di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut menuntut sebuah budaya “sadar bencana” yang harus dikembangkan/diperkenalkan di masyarakat. UPT BPPTK LIPI sebagai salah satu institusi IPTEK, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan teknologi yang menunjang upaya “sadar bencana” tersebut dalam bentuk makanan yang disiapkan untuk kondisi bencana.
Tujuan Program Pangan sampai dengan tahun 2014 yaitu:
1.             Pengembangan makanan fungsional dengan memanfaatkan bahan pangan lokal berbasis umbi-umbian dan kacang-kacangan.
2.             Pengembangan makanan “siaga bencana”.

4.1.2.2  Program Teknologi Kimia dan Lingkungan
Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Dari 250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di dunia, 30.000 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Banyak tumbuhan tropika ini telah dimanfaatkan antara lain sebagai biofarmaka. Maka penelitian yang sistematik perlu terus dilakukan untuk mengungkap secara optimal manfaat bahan alam di negara kita. Mengingat manfaat keanekaragaman hayati tersebut sangat beragam bagi manusia seperti sebagai biofuel, biofarmaka, biopestisida dan biofertilizer. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan dari alam dalam meningkatkan kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami, maka senyawa kimia yang jumlahnya sangat melimpah perlu terus diteliti dan digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan beragamnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia itu, maka memungkinkan ditemukannya atau diisolasi senyawa kimia baru. Berdasarkan hal itu, sebagai negara yang termasuk negara mega biodiversity maka riset di bidang ini, menjadi salah satu ujung tombak riset di Indonesia.
Beberapa permasalahan global seperti krisis energi, pemanasan global dan krisis pangan, mendorong perkembangan IPTEK yang diaplikasikan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, teknologi yang akan dikembangkan dalam Program Teknologi Kimia dan Lingkungan diarahkan untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan mengambil tema “Back to Bioproduct through Green Chemistry”. Program Teknologi Kimia dan Lingkungan dilakukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi berbagai bioproduk dan memperhatikan usaha-usaha dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang tepat untuk perlindungan lingkungan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam adalah dengan menerapkan kebijakan produksi bersih untuk mengolah limbah atau memanfaatkannya agar memiliki nilai tambah bagi kehidupan.
Program teknologi kimia dan lingkungan mencakup beberapa kegiatan di antaranya adalah pengembangan energi alternatif ramah lingkungan berbasis biomassa serta pengembangan berbagai sumber energi baru dan terbarukan yang lain. Kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas nasional (PN) dan program unggulan di Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI yang bersinergi dengan satu kegiatan di Pusat Penelitan Kimia LIPI. Pengembangan berbasis biomassa dalam hal ini bahan pertanian diarahkan untuk biodegradable films sebagai bahan pengemas. Teknologi lingkungan akan memperhatikan aspek-aspek pengembangan sustainable development dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan khususnya pada penanggulangan limbah industri dan pelestarian lingkungan hidup.
Program teknologi kimia dan lingkungan lainnya dirancang untuk membentuk keunggulan melalui pemanfaatan bahan baku lokal dan memanfaatkan senyawa aktif untuk membentuk keunggulan pada produk baru. Produk-produk yang akan dikembangkan terutama yang berbahan baku empon-empon, mengkudu, daun sirih, bunga cranberry, pengembangan minyak atsiri dan bahan alam potensial lain. Produk-produk tersebut diolah secara kimia untuk memanfaatkan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Produk yang mengandung senyawa bioaktif tersebut, sangat bermanfaat bagi industri-industri obat, pangan dan kosmetika. Senyawa bioaktif tersebut telah diketahui mempunyai efek antibacterial, antiviral, antifungal, antioxidant, anticancer dan mempunyai kemampuan aksi-farmakologi yang lain.
Tujuan Program Teknologi Kimia dan Lingkungan adalah
1.             Meningkatkan kualitas dan efektivitas proses teknologi kimia untuk menaikkan nilai tambah bahan baku lokal.
2.             Mengembangkan proses teknologi kimia dengan memperhatikan dampak lingkungan.
3.             Mengoptimalkan bahan alam lokal yang berpotensi sebagai biofuel, biofertilizer, biopestisida dan biofarmaka yang memiliki nilai komersial dan bermanfaat untuk masyarakat.

4.1.2.3 Program Pakan dan Nutrisi Ternak
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Tujuan Program Pakan dan Nutrisi Ternak yang telah ditetapkan untuk dicapai pada akhir 2014 meliputi:
1.             Pengembangan teknologi pengolahan dan pengawetan bahan pakan
2.             Pengembangan bioaditive sebagai growth promoter dan Immunostimulator pada ternak
4.2         PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
4.2.1   Sejarah PT. Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
Sebelum perang dunia II di Yogyakarta terdapat beberapa pabrik gula seperti di Cebongan, Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong, Jambang, dan Demak Ijo. Tetapi semua ini merupakan pabrik kecil yang akhirnya dibumihanguskan pada perang dunia II.
Pabrik Gula (PG) Madukismo oleh pemerintah dipertahankan dan mulai diperbaiki pada tanggal 14 Juni 1955. Pembangunan pabrik ini ditangani oleh kontraktor Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur. Pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil  kerjasama antara P3G (Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan pemerintah DIY. Kemudian dibentuk BP3 (Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI (Yayasan Kredit Tani). Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikirkan agar hasil pendapatan petani daerah meningkat  dan untuk memperluas lapangan kerja.
Tanggal 29 Mei 1958 pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno.  Mulai tahun 1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. Pada tahun 1958 itu pula YAKTI akhirnya menjadi sebuah perseroan terbatas dengan nama PT. Madubaru. Adanya nasionalisasi pada tahun 1962 menyebabkan status berubah menjadi bagian dari BPUPPN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Tahun 1966 statusnya berubah lagi menjadi PT, lepas dari BPUPPN, sampai sekarang dengan nama PG. Madukismo dan Pabrik Spiritus Madukismo. Saham sebesar 65% dimilik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% merupakan milik pemerintah (dikuasakan pada PT. Rajawali Nusantara Indonesia).
Tahun 1984 P2G Madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (BUMN Departemen Keuangan RI) selama 10 tahun. Kontrak manajemen 10 tahun kedua pada tanggal 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 2004. Kontrak yang ketiga mulai tanggal 1 April 2004 sampai dengan 2014. Selain itu dalam operasionalnya PT. Madubaru dibantu sepenuhnya oleh ahli-ahli dari PT IMACO yang merupakan bagian dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia.

Letak dan Status PG. Madukismo
PG Madukismo terletak di Desa Padokan, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan,  Kabupaten Bantul yang berjarak ±5 km sebelah barat daya kota Yogyakarta. Komplek PG Madukismo terdiri atas bangunan pabrik, lapangan olahraga, perumahan karyawan yang dibangun pada tahun 1955 di atas tanah seluas 21,8 ha. Pemilihan tempat dan lokasi pabrik tersebut mempunyai alasan-alasan sebagai berikut:
1.             Jarak antara desa Padokan dengan kota Yogyakarta relatif dekat, sehingga menguntungkan untuk urusan transportasi.
2.             Mudah mendapatkan bahan baku karena dekat dengan lahan yang berpotensiuntuk ditanami tebu.
3.             Tidak dekat dengan keramaian kota dan aktivitas kota.
4.             Lokasi agak jauh dari perkampungan penduduk, sehingga memungkinkan untuk tidak mengganggu penduduk selama beroperasi.
5.             Memungkinkan untuk usaha perluasan pabrik.
6.             Kebutuhan air untuk menghasilkan uap dan kebutuhan lainnya dapat terpenuhi, karena lokasinya dekat dengan sungai Winongo.
7.             Banyak tenaga yang terdidik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Luas Areal, Produksi dan Kapasitas Giling
Pabrik Gula Madukismo mulai giling pertama kali pada tahun 1958. Luas areal pada tahun 1963 berkisar 1000 ha, lalu berkembang menjadi 2000 ha (tahun 1970), kemudian berkembang lagi menjadi 3000 ha. Selanjutnya sejak tahun 1976 sesuai dengan INPRES No.9/75 mengenai TRI maka penyediaan areal mencakup luasan 5000-6000 ha sampai sekarang.
Kapasitas giling mula-mula 1500 ton tebu per hari, kemudian naik menjadi 1600 ton tebu per hari pada tahun 1965. Ketika program ekspansi dilakukan pada tahun 1976, kapasitas giling menjadi 2500 ton tebu per hari. Tahun 1986 sampai sekarang kapasitas giling mencapai 2400-3000 ton tebu perhari.
Pabrik Gula Madukismo melakukan pengolahan tebu dengan produk utama gula SHS (Superieure Hoofd Suiker). Hasil produksinya sejalan dengan perkembangan pabrik, pada tahun 1961 produk gula mencapai 3600 ton, dan pada tahun 1972 jumlahnya mencapai 20.000 ton. Jumlah ini ternyata selalu bertambah sampai tahun 1974 dengan jumlah produksi gula mencapai 35.000 ton hingga saat ini.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Madu Baru adalah struktur organisasi fungsional yaitu sistem organisasi yang wewenang pimpinan dilimpahkan kepada bagian-bagian organisasi yang ada di bawahnya dalam bidang kerja tertentu. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah semua pelaksana yang ada sejauh masih ada pada bidang kerjanya. Pimpinan tertinggi dipegang oleh direksi yang mempunyai bawahan langsung yaitu General Manage (Administratur). Dalam pelaksanaan tugasnya administratur dibantu oleh 4 orang Kepala Bagian yaitu: Kabag. Tanaman, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Instalasi dan Kabag. Spiritus dan Alkohol.
Masing-masing jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab. Fungsi dan tugas masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
·               Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam  operasional perusahaan.
·               Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat dan alat bukti lainnya.
·               Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.

Direktur
·               Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi.
·               Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi.
·               Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

General Manager (Administratur)
·               Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
·               Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan.
·               Merumuskan kegiatan-kegiatan dalam koordinasi kegiatan kepala bagian dan unit-unit organisasi yang ada di bawahnya.
·               Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

Kepala Bagian Pemasaran
·               Mengkoordinir dan memimpin kegiatan dibidang pembelian dan penjualan.
·               Bertanggung jawab terhadap administratur.

Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
·               Bertanggung jawab terhadap administratur di bidang keuangan perusahaan dan pengadaan barang.
·               Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu.
·               Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran dan biaya produksi serta kegiatan penjualan.

Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
·               Mengkoordinasi penyediaan tenaga kerja bagian produksi dan  bagian lainnya.
·               Memberi pelatihan kepada pegawai.
·               Bertanggung jawab kepada kepala administrasi dan keuangan di bidang umum.
·               Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang penggunaan kendaraan.
·               Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keamanan.

Kepala Bagian Tanaman
·               Bertanggung jawab kepada direktur dibidang tanaman (penyediaan tebu).
·               Mengkoordinir rencana penyesuaian area l tanaman untuk periode mendatang.
·               Menyusun komposisi tanaman mengenai luas, letak, masa tanam  dan jenis varietas sehingga penyediaan bahan baku selamamusim giling dapat tersedia secara berkelanjutan.
·               Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman, tebang dan angkut.
·               Merencanakan kebun-kebun percobaan dan penelitian.

Kepala Bagian Pabrikasi
·               Bertanggung jawab kepada direktur di bidang pabrikasi.
·               Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian pabrikasi.
·               Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula).

Kepala Bagian Instalasi
·               Bertanggung jawab kepada direktur di bidang instalasi atau mesin.
·               Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian instalasi.
·               Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses.

4.2.2   Proses pengolahan tebu menjadi gula di PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta
4.2.2.1  Proses Pengolahan Gula Tebu di PG Madukismo
Bahan baku utama untuk pengo1ahan gula di PG Madukismo adalah tebu. Sementara bahan bantunya adalah Ca(OH)2, SO2, flokulan, NaOH, Na3PO4, dan air imbibisi. Proses pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan energi yang cukup besar. Sebagai penghasil tenaga uap digunakan 5 buah ketel pipa air New Markdengan kapasitas 16 ton / jam masing-masing 440 m2dengan tekanan kerja 15 Kg/cm2dan satu buah ketel Chen-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenaga listrik
Sebagai bahan bakar dipakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1.800 Kal/Kg dan kekurangannya ditambah dengan kayu bakar dan BBM. Secara umum proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan sebagai berikut:
1.             Pemerahan Nira (Extraction)
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36"x 64". Jumlah ampas yang diperoleh sekitar 35 % tebu dan digunakan untuk bahan bakar stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim kebagian pemurnian untuk diproses lebih 1anjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.
2.             Pemurnian Nira
Pemurnian nira dilakukan dengan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang,  dipanaskan pada suhu 70 – 75oC, direaksikan dengan susu kapur dalam Defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7.0. Kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100 – 105oC. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (Door Clarifier) dan disaring menggunakan Rotary Vacuum Filter(alat penapis hampa).
Endapan padatnya (blotong) bisa digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blotong ini di bawah 2.0 %. Nira jernihnya dikirim ke stasiun penguapan.
3.             Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan system multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16 % dapat naik menjadi 64 % dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi atau stasiun masakan. Total luas bidang pemanas adalah 5.990 m. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2sebagai bleaching pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.


4.             Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu A-C-D dimana gula A sebagai produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan dengan menggunakan uap dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya hanya 650C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan dalam palung pendingin (kultrog).
5.             Stasiun Sentrifugasi
Pada stasiun putaran dilakukan pemutaran yang bertujuan memisahkan gula kristalnya dari stroop, klare dan tetes. Pemutaran tersebut menggunakan mesin pemisah (centrifuge) yang terdiri dari basket berdinding saring yang berputar. Alat ini bekerja dengan gaya sentrifugal. Hasil  sentrifugasi adalah kristal gula (belum kering dan masih berwarna merah/belum murni) dan molase (tetes tebu). Kristal gula yang berwarna merah ini disebabkan adanya lapisan tipis tetes yang masih tertinggal pada permukaan kristal sukrosa. Kristal gula ini masih membawa kotoran, untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan cara membasahi kristal gula dengan larutan sukrosa jenuh kemudian diputar sekali lagi, sehingga diperoleh kristal gula yang bersih.
6.             Penyelesaian dan Gudang Gula
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus, gula kasar, dan gula normal. Gula halus dan kasar dilebur, kemudian dikristalisasi lagi. Gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik.

4.2.2.2  Proses Pembuatan Alkohol / Spiritus di PS Madukismo
Bahan baku utama untuk pembuatan alkohol atau spiritus di PS Madukismo adalah tetes (molase) yang merupakan hasil samping pengolahan gula. Sementara bahan bantunya adalah Ragi atau Yeast, Urea, NPK, Superfloc, H2SO4 dan air. Ragi yang dipakai adalah Saccaromyces cerevisiae. Enzim yang ada dalam ragi ini merubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alcohol dan gas CO2. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

A. Sakarosa dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
Cl2H22O11+ H2O           2 C6H12O6
B. Gula reduksi bereaksi menjadi Alkohol + gas CO2
C6Hl2O6                  2 C2H5OH + 2 CO2
(Alkohol)

Hasil produksi alkohol dibedakan atas dasar kualitas sebagai berikut :
1.             Alkohol Teknis : masih mengandung aldehida, kadar ± 94 %, digunakan untuk membuat spiritus bakar.
2.             Alkohol Murni (prima) : bebas aldehida, kadar 95 %, bisa dipakai pada industri minuman, farmasi, kosmetik, dan lain-lain.
3.             Hasil samping : Minyak fusel (amil alkohol).

Secara umum proses pengolahan tetes menjadi alkohol melalui 3 tahapan berikut:
1.             Pemasakan
Tetes diencerkan dengan air sampai brix tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi. Sebagai sumber nitrogen dipakai pupuk urea, dan sebagai sumber phosphor dipakai pupuk NPK.
2.             Peragian
Dilaksanakan bertahap mulai dari isi 3.010 liter, 18.000 liter dan 75.000 liter. Waktu peragian utama berkisar 36 - 40 jam dan kadar alkohol yang bisa dicapai antara 9 - 10 %.
3.             Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0,8 Kg/cm2 pada suhu 120◦C. Pesawat penyulingan terdiri dari 4 kolom :
·               Kolom kasar
Hasil : Alkohol kasar dengan kadar ± 45% masuk ke kolom Vorloop. Vinasse, dibuang.
·               Kolom Vorloop
Hasil atas : Alkohol teknis dengan kadar 94 % masih mengandung aldehid, kemudian ditampung sebagai hasil. Hasil bawah : Alkohol muda dengan kadar ± 25 % masuk ke kolom rektifiser.
·               Kolom Rektifiser
Hasil atas : Alkohol murni (prima) dengan kadar 95 % bebas aldehid, ditampung sebagai hasil. Hasil tengah : Alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk ke kolom nachloop. Hasil bawah : Lutter waser, air yang bebas alkohol. kadang- kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom vorloopsebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian lagi dibuang.
·               Kolom Nachloop
Hasil atas : Alkohol teknis dengan kadar 94 %, ditampung sebagai hasil. Hasil bawah : Air yang bebas alkohol, dibuang.

Minyak fusel yang mengandung amyl alkohol merupakan hasil samping Pabrik Spiritus. Minyak ini bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amyl acetat). Sementara pembuatan spiritus adalah dengan merusak alkohol teknis menggunakan minyak tanah, methanol, dan pewarna methylen blue.

4.2.3   produk yang dihasilkan oleh PT. Madubaru (Madukismo) Yogyakarta
Produk-produk yang dihasilkan oleh Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a.         Gula MK
b.         Alkohol
c.         Spiritus
d.        Pupuk kompos



BAB V
PENUTUP
5.1.       Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan kunjungan di Industri Gula Madubaru (Madukismo) dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta adalah sebagai berikut :
5.1.1. Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta.
1.             UPT BPPTK LIPI dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
2.             UPT BPPTK LIPI memiliki tiga Laboratorium yang digunakan untuk penelitian berbagai macam pengolahan dan penelitian Teknologi diantaranya adalah Laboratorium pangan, Laboratoruim pakan, dan Laboratorium Teknologi Kimia dan Lingkungan.
3.             Alat-alat yang berada pada Laboratorium tersebut  meliputi :
a.             Makro Sentrifuge
b.             Mikro Sentrifuge
c.              Makro Autoklaf
d.             Mikro Autoklaf
e.              Mixer
f.              Evaporator
g.             Bio Gas, dan lain-lain
4.             Produk-Produk yang dihasilkan oleh UPT BPPTK LIPI adalah sebagai berikut :
a.         Gudeg Bu Tjitro
b.        Mangut Lele
c.         Lemofit
d.        Tepung BCM Tempe
e.         Imunochick
f.          Sabun Kecantikan
g.         Sayur lombok iji
h.        Rendang mangun ria
i.           Tempe kari

5.1.2. PT.Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta.
1.             Pabrik Gula (PG) Madukismo oleh pemerintah dipertahankan dan mulai diperbaiki pada tanggal 14 Juni 1955. Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikirkan agar hasil pendapatan petani daerah meningkat  dan untuk memperluas lapangan kerja. Tanggal 29 Mei 1958 pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno.  Mulai tahun 1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari.
2.             Alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan tebu menjadi gula adalah sebagi berikut :
3.             Proses-proses pembuatan tebu menjadi gula adalah sebagai berikut :
a.         Pemanenan Tebu
b.        Pemerahan Nira (Extraction)
c.         Pemurnian Nira
d.        Penguapan Nira
e.         Kristalisasi
f.          Puteran Gula
4.             Produk-produk yang dihasilkan oleh Madu Baru (Madukismo) Yogyakarta adalah sebagai berikut :
e.         Gula MK
f.          Alkohol
g.         Spiritus
h.         Pupuk kompos

5.2.       Saran
Saran penulis bagi peneliti selanjutnya adalah pada saat melakukan observasi lapangan agar lebih mencermati dan aktif dalam pengamatan sehingga hasil yang didapat bisa maksimal. Jangan bersenda gurau dan tidak mementingkan kepentingan pribadi.
Previous
Next Post »